TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (SOFTSKILL)
DOSEN: IBU METI NURHAYATI
Tugas
Kelompok Mengunjungi Museum PETA
2EA18
Nama
anggota:
Agung
Nur Prabowo
Indri
Sugiastiwi
Jazmi
Karami
Miftahul
Fauzan
Nadiyah
Haniyati Farhana
Niken
Aulia Hasanah
Wati
Mekar Sari
Depok,
Indonesia
2014-
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas
kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
saya dapat menyelesaikan Laporan Kunjungan, walaupun masih banyak kekurangan.
Laporan ini saya susun berdasarkan
kegiatan yang dilaksanakan di Museum PETA (Pembela Tanah Air) Bogor untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Pendidikan Kewarganegaraan (Softskill)
Ibu Meti Nurhayati.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa laporan
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya berharap kepada ibu Meti
Nurhayati dan pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun
demi perbaikan lebih lanjut.
Demikian laporan ini saya buat semoga
bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Depok, 26 April 2015
Indri Sugiastiwi
Daftar
Isi
Halaman judul
............................................................................................................ i
Prakata ..................................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................... iii
Pendahuluan ........................................................................................................ 1
Prakata ..................................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................... iii
Pendahuluan ........................................................................................................ 1
Isi .......................................................................................................................... 2
Penutup
................................................................................................................... 21
Daftar Pustaka
......................................................................................................... 22
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang:
Pembangunan Monumen dan Museum PETA ini
dimulai pada tanggal 14 November 1993, dengan peletakan batu pertama oleh Wakil
Presiden RI yang juga merupakan sesepuh YAPETA yaitu Umar
Wirahadikusumah.Pembangunan tersebut memakan waktu kurang lebih 2 tahun dan
diresmikan oleh Presiden RI H.M. Soeharto pada tanggal 18 Desember 1995.Didalam
komplek Monumen dan Museum PETA dibagian belakang terdapat Monumen dimana
berdiri sebuah patung Jenderal Sudirman sebagai perwira PETA.
Pada dinding yang berbentuk setengah
lingkaran tercantum nama-nama perwira tentara PETA dari seluruh Jawa, Madura
dan Bali serta Sumatera.Pada bagian luar dinding monumen, telah dibuat relief
sejarah PETA.Sedangkan di dalam dua ruangan museum terdapat 14 diorama dengan
adegan-adegan dari jalannya sejarah PETA dalam perjuangan menuju kemerdekaan
tanah air. Adegan-adegan ini berbentuk tiga dimensi dan didukung dengan suara
yang melatar-belakangi suasana kejadian-kejadian yang diwujudkan oleh
masing-masing diorama.
Museum ini menempati dua ruangan di
sebuah gedung dan halaman di Kompleks Pusdikzi TNI-AD, sekitar 500 m arah dari
Istana Bogor. Lokasi Monumen dan Museum PETA ini berada di sebelah kiri Jalan
Jenderal Sudirman jika dari arah Istana Bogor, di gedung No.35, dengan patung
Jenderal Sudirman dan Sudancho Supriadi terlihat gagah berdiri di halam depan
gedung, ditemani dua buah tank.
Tujuan dan manfaat:
Tujuan dan manfaat dari pembuatan
makalah adalah:
1. Memenuhi Tugas Softskill yang
diberikan Dosen
2. Mengetahui sejarah secara langsung
dengan cara observasi ke tempat museum dan diceritakan secara langsung oleh ibu
pemandu yang ada disana
3. Mengetahui sejarah terbentuknya TNI
yang dulunya bernama BKR
BAB
II
ISI
Menurut sejarahnya pembentukan PETA
dimulai di tahun 1943 setelah di tanggal 3 Oktober 1943 keluar osamu
seirei(Dekrit) No.44 tahun 1943 yang mensahkan pembentukan tentara PETA.bagi
pemerintah pendudukan Jepang pembentukkan tentara PETA sebagai alat
mempertahankan wilayahnaya terutama di Indonesia dari serbuan tentara sekutu
sedang bagi pimpinan pergerakan kmeerdekaan indonesia mereka mendukung
pembentukkan tentara PETA karena melihat Indonesia ketika merdeka membutuhkan
tentara yang pofesional terlatih untuk mempertahankan kemerdekaan dan
keselamatan rakyatnya dan PETA mereka lihat sebagai sarana mencapai tujuan itu.
Akhirnya Pemerintah pendudukan Jepang
memilih kota Bogor sebagai pusat tempat pelatihan tentara PETA yang disebut
Jawa Boei Giyugun Kanbu Kyo Iku Tai (Pusat Pendidikan Perwira Tentara Sukarela
Pembela Tanah Air) dan berdiri diatas bekas tangsi dan markas tentara KNIL
(Koninklijik Nederlands Indische Leger) pelatihan tentara PETA berlangsung
selama 3-4 bulan setelah lulus pelatihan mereka kembali ke daerahnya
masing-masing.
Untuk mengingatkan generasi muda akan
kisah perjuangan PETA dan mengenang tentara PETA yang telah gugur dalam
perjuangan maupun yang telah dipanggil Yang maha Kuasa karena faktor usia maka
didirikanlah museum PETA atas prakarsa YAPETA (yayasan Pembela Tanah Air) yang
dimulai tahun 1993 dan selesai di tahun 1995 dan diresmikan oleh Bapak
H.M.Soeharto presiden ke 2 RI dan juga alumni PETA.
Jenderal besar Sudirman,Presiden ke 2 RI
Jenderal (purn) Soeharto,wakil presiden RI Jenderal (Purn) Umar
wirahadikusumah,Menteri panglima Angkatan darat Jenderal anumerta Achmad
Yani,Bapak paskibraka,Brigjen (Purn) Latief Hendraningrat,Pimpinan
pemberontakan PETA di Blitar Shodancho supriyadi serta tokoh-tokoh lainnya
mereka seluruhnya adalah alumnus Pembela tanah air (PETA) oraganisasi
kemiliteran yang dibentuk pemerintah Jepang selama berkuasa di Indonesia.
Bogor sebagai tempat dilahirkannya
prajurit garda terdepan yang gagah berani tak perlu dielakkan lagi. Berdasarkan
sejarah, Jepang pernah mengeluarkan dekrit membentuk Tentara Sukarela Pembela
Tanah Air (PETA) di Bogor. Alih-alih dibentuk untuk membantu Jepang melawan
sekutu, PETA kemudian dijadikan sebagai korps tentara yang disiapkan untuk
mencapai Indonesia merdeka oleh para pemimpin pergerakan kebangsaan.
Peran tentara PETA tidak lepas dari
tanah Bogor, karena di daerah inilah untuk pertama kali pendidikan perwira PETA
didirikan. Untuk mengenang Bogor sebagai kota pembela tanah air, dibangunlah
monumen yang berdiri berdampingan dengan museum yang diberi nama Museum PETA.
Museum PETA terletak di Jalan Jenderal Sudirman No 35, Bogor, menempati lokasi
yang dahulu dijadikan tempat pendidikan kemiliteran para perwira PETA. Konon,
pemilihan lokasi ini atas berbagai pertimbangan. Antara lain karena lokasinya
strategis, udara yang sejuk, dukungan fasilitas, dan yang terpenting masyarakat
sekitar pada saat itu juga mendukung didirikannya pusat pendidikan militer
dalam usaha mencapai kemerdekaan Indonesia.
Pembangunan Museum PETA diprakarsai oleh
Yayasan Pembela Tanah Air, sebuah yayasan yang menjadi tempat bersatunya mantan
Tentara Sukarela Pembela Tanah Air. Pembangunan dimulai pada 14 November 1993
dan memerlukan waktu sekitar 2 tahun sebelum bangunan selesai. Pada 18 Desember
1995, Museum PETA diresmikan oleh Presiden Soeharto – yang juga merupakan
mantan perwira PETA angkatan I.
Memasuki kawasan museum, pengunjung akan
disambut sebuah prasasti yang dituliskan pada dinding marmer. Tulisan bernada
nasionalisme tersebut berisi sebuah pernyataan: “Bumi Pembela Tanah Air Ini
Merupakan Kawah Candradimuka Keprajuritan Indonesia, Kami Datang dan Berkumpul
di Bogor Tidak Saling Mengenal, Kami Berpisah sebagai Kawan Seperjuangan untuk
Membela Tanah Air.”
Masuk lebih ke dalam, pengunjung akan
menjumpai berbagai diorama yang menjelaskan sejarah dan perkembangan tentara
PETA dalam meraih cita-cita kemerdekaan Indonesia. Selain diorama, terdapat
juga koleksi pakaian dan berbagai jenis senjata yang pernah digunakan tentara
PETA. Koleksi lainnya berupa foto dokumentasi sepak terjang tentara PETA hasil
guntingan dari media masa pada saat itu.
Terdapat sebuah monumen di bagian
belakang Museum PETA. Monumen tersebut berupa patung Daidancho Soedirman.
Daidancho merupakan pangkat kemiliteran buatan Jepang. Daidancho setara dengan
Komandan Batalyon (Letkol/Mayor). Di bagian yang lain, terdapat patung
Supriyadi dengan gestur yang heroik, tangan kanan mengepal ke atas sementara
tangan kiri menggenggam sebilah samurai.
Pahlawan Nasional yang bernama lengkap
Fransiskus Xaverius Supriyadi ini mempunyai pangkat Shodancho atau setara
dengan Komandan Pleton (Letnan). Beliau berperan memimpin pemberontakan tentara
PETA terhadap pendudukan Jepang di Blitar pada Februari 1945. Sementara, pada
dinding monumen yang berbentuk setengah lingkaran terdapat nama-nama perwira
tentara PETA yang berasal dari seluruh Jawa, Bali, Madura, dan Sumatera –
lengkap dengan informasi yang menerangkan fungsi dan jabatannya.
·
Bukti foto di Museum
Gerbang pintu
masuk museum PETA
Relief di dinding Museum
Pertama memasuki Museum saya dan teman-teman
kelompok di pertemukan oleh seorang pemandu, ibu ini menceritakan dari awal
hingga akhir cerita awal pembentukkan museum dan sejarah PETA
Seragam pada masa awal tentara PETA zaman
penjajahan negara Jepang
koleksi persenjataan yang asli peninggalan
perang dari rampasan tentara Jepang maupun dari tentara sekutu baik senapan
mesin,senapan panjang dan pistol yang dalam kondisi tersimpan penataan yang teratur dan rapi memudahkan pengunjung dalam menikmati koleksi yang ada disini.
Bentuk diorama-diorama yang
menggambarkan kondisi pada saat itu
Foto asli tentara PETA dalam koran
Foto Shodancho Ahmad Yani, Shodanco
Darmaji, Shodanco Sarwo Adi Wibowo, Chudanco Suryo Sumpena
Alat-alat yang digunakan tentara PETA
untuk merobohkan bangunan ataupun menjatuhkan pesawat, biasanya digunakan di
atas gunung untuk menembak ke gunung yang lainnya, dengan kuat dan gagah berani
tentara PETA merampas senjata ini dari negara Amerika dan Jepang
patung jenderal besar
Sudirman berpakaian seragam tentara PETA berdisri atas marmer putih dan di kiri
dan kanan beliau diapit 2 meriam medan dan tepat dibelakang beliau asrama
tentara RI setelah mengambil patung jenderal besar Sudirman berpakaian seragam
tentara PETA berdisri atas marmer putih dan di kiri dan kanan beliau diapit 2
meriam medan dan tepat dibelakang beliau asrama tentara RI setelah mengambil patung
jenderal besar Sudirman berpakaian seragam tentara PETA berdisri atas marmer
putih dan di kiri dan kanan beliau diapit 2 meriam medan dan tepat dibelakang
beliau asrama tentara RI
saya
dan teman-teman kelompok juga berfoto di depan patung Jendral Sudirman
Sebuah
kehormatan bisa berfoto dengan TNI yang juga dengan berbaik hati menemani kami
dan pemandu museum bercerita tentang sejarah PETA
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan :
Berkunjung ke Museum PETA, pengunjung
akan diajak kembali ke masa pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia – masa
ketika sikap nasionalisme menjadi panglima melebihi sikap individualisme
kelompok dan golongan. Di museum ini, pengunjung juga diajak untuk mengetahui
sejarah panjang cikal bakal berdirinya TNI di Indonesia, sambil mengenang jasa
para perwira tentara PETA yang telah gugur mempertaruhkan jiwa dan raganya
untuk cita-cita kemerdakaan Indonesia.
Diorama Monumen dan Museum PETA yang
menggambarkaan saat pasukan PETA tengah menjalani pendidikan kemiliteran di
Jawa Boei Giyugun Kanbu Kyo Iku Tai (Pusat Pendidikan Perwira Tentara Sukarela
Pembela Tanah Air di Jawa).
Diluar Museum ke arah belakang, terlihat
Patung Panglima Besar Sudirman saat masih muda. Patung itu ada di halaman
terbuka di ujung lorong tengah gedung Monumen dan Museum PETA, diapit oleh dua
buah meriam lapangan.
Patung itu menggambarkan sosok Jenderal
Sudirman saat masih sebagai perwira PETA. Pada dinding yang berbentuk setengah
lingkaran di belakang patung Sudirman ini tercantum nama-nama perwira tentara
PETA dari seluruh Jawa, Madura, Bali, dan Sumatera.
Saran:
Monumen dan Museum PETA merupakan sebuah
museum yang baik untuk dikunjungi, agar menyegarkan ingatan mengenai peran dan
pentingnya pendidikan kemiliteran dalam mendukung perjuangan politik menegakkan
kemerdekaan RI.
Daftar
Pustaka
1. Museum Pembela
Tanah Air
2. asosiasimuseumindonesia.org
3. pecintawisata.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar